Langsung ke konten utama

Masjid Tertua dan Bernilai Sejarah Masuknya Islam di Pulau Bali

Pulau Bali yang dikenali sebagai salah satunya pulau rekreasi dunia dengan sebagian besar warganya berpedoman keyakinan Hindu dan Budha. Nyatanya sejumlah kecil orang-orangnya pun mengaku dan berdasar di keyakinan agama Islam. Sejumlah perkampungan di Bali, termaksud di kota Denpasar, dikenali sebagai perkampungan masyarakat muslim. Mereka sendiri tidak pendatang, tetapi benar-benar warga asli yang lahir dan tinggal di Bali dan sudah lama udah berpedoman Islam.


Melihat Perkampungan Islam di Bali


Buat turis yang bertandang ke Pulau Dewata dan ingin untuk menyaksikan rutinitas dan gaya hidup warga Islam - nya. Dapat berkunjung ke Daerah Bugis, yang masuk ke area Kelurahan Gempuran, Denpasar Selatan. Daerah muslim ini di kenal juga sebagai perkampungan Islam paling besar di Bali, dan disebutkan sebagai daerah Pusat Kebudayaan Muslim di Pulau Bali. Karena disini, pengunjung dapat mengkilas balik riwayat masuknya agama Islam ke Bali dan diyakini oleh sejumlah kecil orang-orangnya hingga saat ini.

Ketika liburan ke Bali, tak ada kelirunya coba melihat riwayat masuknya Islam di pulau elok ini di Daerah Bugis. Perkampungan muslim ini mempunyai lebih kurang 100 kepala keluarga, dan simpan sejumlah situs dan warisan riwayat bagaimana dan kapan Islam masuk ke Bali. Peradaban Islam masuk ke Pulau Dewata di lebih kurang masa ke-17 dan disinyalir oleh terdapatnya sejumlah warisan historis. Sebutlah saja seperti Masjid Assyuhada, Alquran Kuno, Rumah Tradisi Bugis, namun juga Kompleks Kuburan Kuno memiliki nuansa Islam.

Salah satunya sesepuh di Daerah Bugis, yaitu Haji Mansyur, menerangkan jika di kampungnya ini ada kuburan Syekh Haji Mu'min yang dari Ujung Pandang. Syekh Haji Mu'min sendiri masuk ke Pulau Bali pada periode penjajahan VOC, dan larikan diri ke pulau elok ini. Beliau adalah figur penting kemudian wafat dan disemayamkan di Daerah Bugis. Berdasar suatu pengamatan dengan menyaksikan ukir-pahatan dan data lain di batu nisannya, dijumpai kuburan itu udah ada sejak mulai masa ke-17.

Masjid Paling tua di Daerah Bugis

Dijumpai juga jika Syekh Haji Mu'min juga sebagai pencetus berdirinya Masjid Assyuhada yang sekarang dikenali sebagai masjid paling tua di Daerah Bugis. Menurut narasi warga, pembangunan masjid ini dilaksanakan oleh Raja Badung sebagai perkataan terima kasih pada Haji Mu'min. Karena udah menolong meraih kemenangan peperangan yang berlangsung pada periode dulu. Sebelumnya, Haji Mu'min cuma memohon ijin buat membuat masjid sebagai tempatnya melaksanakan ibadah. Tetapi, oleh Raja Badung berikan penawaran lebih dengan menghidupkan suatu masjid mewah.

Sampai sekarang, masjid historis ini tetap bisa didapati pada keadaan yang tangguh dan biasa pun menjadi tempat rekreasi religius di Bali. Walaupun ada bagian-bagian bangunan masjid yang dibikin ulangi sebab alami kerusakan, tetapi nilai sejarahnya masih ada. Nilai riwayat itu ada bersama utuhnya kusen jendela, balkon, namun juga langit - langit di masjid yang didiamkan asli seperti pertama kali dibikin.

Sekarang seluruhnya aktivitas keagamaan warga Daerah Bugis dilaksanakan di Masjid Assyuhada, dan terjadi waktu beberapa puluh tahun. Aktivitas yang kerap dikupas dan diadakan di masjid ini semisal pengajian, shalat, hingga pada aktivitas yang bakal ditunaikan sejauh bulan Ramadhan. Aktivitas rapat dan tatap muka yang mengulas persoalan agama dilaksanakan di daerah muslim yang membela jenis tradisionilnya ini. Seperti misalnya perkampungan secara umum, sejauh jalan di daerah Kita akan mengalami warung, rumah, kambing, sapi, dll jadi panorama umum.

Komentar